DAERAH  

Kisah Seorang Balita Asal Tapunopaka Yang Diduga Alami Gangguan Gizi

 

ANOAPOS.COM | KONUT – Soal balita bernama Nurkaira yang diduga mengalami gangguan gizi menarik perhatian publik, khususnya masyarakat di Kabupaten Konawe Utara (Konut) Sulawesi Tenggara (Sultra).

Pasalnya, balita perempuan dari Desa Tapunopaka Kecamatan Lasolo Kepulauan (Laskep) ini ditemukan oleh Pemerintah Desa (Pemdes) setempat dan Petugas Puskesmas dalam keadaan sakit dan kurus.

Padahal sebelumnya, saat rutin mendapatkan pelayanan kesehatan dari Perawat, serta Ahli Gizi Puskesmas Tapunggaya dan Pemdes Tapunopaka, kondisi balita dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

Namun setelah, orang tua balita, Ali dan Sela meninggalkan kampung halaman dari Desa Tapunopaka selama 4 bulan, kondisi bayi ditemukan sudah dalam keadaan sakit saat kembali di desanya tersebut.

Menguak fakta-fakta yang terjadi, awak media mencoba melakukan penulusuran dan komfirmasi ke Pihak-pihak bertanggung jawab.

Dari Kepala Desa Tapunopaka, Basrun membenarkan jika balita yang diduga mengalami gangguan gizi bernama Nurkaira itu adalah warganya. Sang balita tinggal bersama kedua orang tuanya, Ali dan Sela di Dusun 3 Desa Tapunopaka.

Ketgam: Tim medis kesehatan Puskesmas Tapunggaya Bersama Pemerintah Desa Tapunopaka saat merujuk balita Nurkaira di RS Bahtermas Kendari (kanan) . foto: istimewa.

 

Basrun mengungkapkan, sang balita saat masih berada di kampung halaman rutin mendapatkan layanan kesehatan secara langsung dari petugas Puskesmas seperti, posyandu dan pemberian makan bergizi dari Pemda serta Pemdes.

BACA JUGA:  Ruksamin Usulkan Bus Laut Kepada Menhub RI

Namun, setelah orang tua si balita bersama sang balita pergi meninggalkan desanya berbulan-bulan, pelayanan kesehatan sudah tidak di peroleh lagi dari tim medis. Saat kembali di kampungnya Desa Tapunopaka, kondisi bayi sudah dalam keadaan sakit dan kurus.

“Ini bukan kelalaian dari dinas terkait (Dinas Kesehatan). Kami dari pemerintah desa sangat merespon kinerja dinas terkait apalagi wilayah kerja puskesmas tapunggaya yang tiap bulan turun lapangan penyuluhan, serta posyandu. Kami juga dari pemerintah desa memberikan bantuan gizi berupa susu dan makanan tambahan lainnya,” kata Basrun dikonfirmasi oleh media pada Jumat (25/11/2022).

Lebih lanjut Basrun mejelaskan melihat kondisi balita yang sakit, pihak Puskesmas dan Pemdes Tapunopaka langsung membawa ke Rumah Sakit Umum Konut. Alhasil, balita mengalami perubahan kesehatan yang baik dan sembuh.

“Setelah di adakan pengobatan, kami beri makanan tambahan gizi berupa susu dan lain-lain. Tapi, setelah beberapa bulan, orang tua balita memberi susu cap enak yang emang tidak cocok di konsumsi bayi tersebut, sehingga kondisinya kembali menurun,”ujarnya.

Sambungnya, pihak orang tua balita juga ternyata ditemukan tidak pernah berada di tempat saat tim Puskesmas Tapunggaya melakukan posyandu langsung di masyarakat. Informasi yang diperolehnya, berada di Desa Morombo.

“Kemarin pihak pemerintah desa dan dinas terkait, puskesmas turun lapangan mengecek kondisi anak-anak yang masuk kategori stunting. Dari situlah ditemukan anak tersebut (Nurkaria) sudah ada di tempat dengan kondisi sakit sehingga kami langsung bawa ke Puskesmas untuk di adakan pengobatan,” jelasnya.

BACA JUGA:  DPD PROJO SULTRA MENDUKUNG PENUH PROGRAM PEJABAT BUPATI KONAWE

Dikomfirmasih terpisah, Kepala Puskesmas Tapunggaya, Jumiati mengatakan selama 4 bulan terakhir, si balita sudah tidak tersentuh lagi layanan kesehatan dikarenakan orang tuanya bersama si balita berada di luar wilayah.

Saat melakukan kunjungan layanan kesehatan di Tapunopaka baru-baru ini, lanjut Jumiati, pihaknya mendapat balita tersebut dalam keadaan sakit. Melihat kondisi itu, timnya langsung membawa si balita ke Puskemas dan ditangani oleh dokter bersama petugas gizi.

“Dari Puskesmas, langsung kami rujuk si balita di Rumah Sakit Kabupaten. Kami dampingi terus pasien sampai di rujuk ke Rumah Sakit Bahteramas bersama Kadis Kesehatan kami kawal terus,” kata Jumiati.

Jumiati menyampaikan, pelayanan kesehatan dan posyandu rutin dilaksanakan dan turun langsung kelapangan bersama tim dari 6 program Antara lain; Perawat, KIA, gizi, promkes, kesling dan P2. Serta, memberikan obat dan pembagian makan bergizi dari pemda dan pemdes.

“Diagnosis si balita yaitu stunting dengan ada penyakit ganguan kelaianan pada bagian mulut, dari keterangan dokter,”ungkap Kepala PKM Tapunggaya.

Sementara itu, Kepala Desa Tapunopaka, Basrun kembali menyampaikan bahwa si balita mengembuskan nafas terakhir (meninggal dunia) di rumah sakit bahtermas Kendari saat dalam perawatan medis. Pihak keluarga didampingi Pemdes dan petugas kesehatan Konut telah membawa pulang di kampung halaman dan dimakamkan.

BACA JUGA:  Warga Matandahi Terima BLT Jelang Lebaran Idul Fitri 2022

“Kami dari Pemerintah Desa dan Petugas Kesehatan sudah berusaha semaksimal mungkin membantu dan melakukan pertolongan, adapun hasilnya Allah SWT sang maha kuasa yang tentukan,”tambahnya.

Kepala Dinas Kesehatan, Nurjanna Efendi menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya si balita. Dirinya menyampaikan persoalan stunting, bukan hanya dari Dinkes saja, tapi melibatkan semua sthakholder terkait untuk berperan.

Dijelaskan, sejak orang tua balita mengalami sakit, pihak keluarga tidak lagi berada di kampung Desa Tapunopaka sehingga tidak ikut dalam pelayanan kesehatan.

“Jadi untuk memantau kesehatan balita tersebut, petugas kesehatan alami kesulitan. Dan di rumah pasien bukan cuma satu balitanya, ada juga adiknya yang baru berusia empat bulan. Jadi bentuk perhatian seorang ibu pasti terbagi. Ditambah kebutuhan hidup ekonomi. Kami sudah maksimal berusaha dan membantu,”tutup Kadis Kesehatan Konut.

 

Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Chat Redaksi