Anoapos.com | Konawe — Suasana ruang sidang utama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Konawe provinsi Sulawesi Tenggara ( Sultra) pagi itu terasa berbeda. Deretan kursi terisi penuh, wajah-wajah serius menyimak dan di podium berdiri sosok yang kini menjadi tumpuan harapan ribuan masyarakat Konawe yaitu Bupati Yusran Akbar.
Dengan suara yang baik dan pandangan menyapu ruangan, Yusran menyampaikan Rancangan Awal RPJMD 2025–2029 sebuah dokumen strategis yang akan menentukan wajah Konawe selama lima tahun ke depan. Akan tetapi bagi Yusran sapaan akrabnya, ini bukan sekadar rencana pembangunan. Ini adalah janji moral untuk membalik arah pembangunan yang selama ini terlalu sering tertumpu di pusat kota.
“Desa adalah denyut nadi Konawe. Di situlah hidup dimulai, dan di situlah pembangunan sejatinya harus bertumbuh,” ungkapnya.
Visi besar yang diusungnya pun tak kalah bermakna: “Membangun Desa, Menata Kota Menuju Konawe Bersahaja ” Sebuah frasa yang terdengar sederhana, namun menyimpan harapan besar — tentang kesetaraan, keberlanjutan, dan keberpihakan kepada yang kerap tak terdengar.
Menurutnya, Rancangan ini memuat tujuh prioritas utama yaitu mulai dari pembenahan infrastruktur dasar di wilayah pelosok, mendorong ekonomi lokal berbasis potensi khas daerah, hingga membawa digitalisasi masuk ke dalam tata kelola pemerintahan yang lebih transparan.
Namun sesungguhnya, lebih dari angka dan indikator, yang diusung Bupati Yusran adalah cara pandang baru. Bahwa membangun bukan hanya soal gedung tinggi atau jalan lebar, tapi tentang membenahi layanan kesehatan di puskesmas desa, memastikan anak-anak bisa bersekolah tanpa harus menyeberangi sungai, dan membuka akses pasar bagi petani dan nelayan lokal.
“Pembangunan adalah soal keadilan,” lanjutnya. Dan keadilan hanya hadir jika yang kecil, yang jauh, dan yang diam, akhirnya didengar,” tegas Yusran.
Setelah pemaparan ini, dokumen Rencana Awal RPJMD akan melalui berbagai tahap konsultasi publik dan pembahasan DPRD. Tetapi bagi masyarakat Konawe, langkah pertama telah diambil. suara mereka, terutama yang berasal dari tepi desa dan sudut kota, akhirnya menemukan tempat di meja perencanaan.